Sabtu, 04 September 2010

ASUHAN KEPERAWARATAN PADA ODHA
DENGAN INFEKSI OPORTUNISTIK

Asuhan Keperawatan untuk ODHA
• Sama dengan asuhan keperawatan kepada pasien lainnya
• Ketrampilan yang memadai
• Mudah mengenali semua gejala dan tanda penyakit yang berhubungan dengan infeksi HIV
• Berpengetahuan dan berpengalaman memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan penyakit kronik dan progresif lainnya
• Semua prinsip asuhan keperawatan harus diterapkan secara bertanggung jawab
• Selalu menerapkan kewaspadaan universal

Perjalanan Penyakit
• Hampir semua pasien HIV akan berkembang dengan penyakit penyerta lainnya dan AIDS
• Kecepatan perkembangan penyakit tersebut tergantung dari jenis virus dan karakteristik masing-masing pasien
• Seiring dengan perkembangan infeksi HIV dan penurunan derajat imunitas seseorang maka pasien cenderung untuk mendapatkan infeksi oportunistik dan kondisi patologik lainnya
• Infeksi oportunistk dan kanker yang berhubungan dengan AIDS menyerang tubuh yang memiliki sistem imunitas yang rendah


Infeksi Oportunistik
Adalah penyakit infeksi disebabkan oleh organisme yang tidak menimbulkan penyakit pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh normal




Mengapa ODHA dapat terkena IO?
• ODHA rentan terhadap IO karena sistem kekebalan tubuhnya menurun sehingga tidak cukup kuat untuk melawan penyakit

Kapan IO ditemukan
• ODHA biasanya datang pertama kali oleh karena adanya IO
• Pasien dicurigai mengidap HIV
Apakah IO pada ODHA dapat dicegah?
• Beberapa IO dapat dicegah dengan pemberian obat Profilaksi Primer atau Terapi Preventif
IO apakah yang terpenting di Indonesia?
• Salah satu IO yang berat pada ODHA di Indonesia adalah Tuberkulosis
IO yang sering terjadi pada penderita AIDS adalah :
• Tuberkulosis
• Pneumonia (Pneumocystis carinii)
• Infeksi jamur berulang di kulit, mulut dan tenggorokan
• Infeksi gastrointestinal (Cryptosporidiosis)
• Diare kronis dengan penurunan berat badan
• Infeksi neurologik (Cryptococcal), atau meningitis sub-akut
• Kelainan neurologis

ASUHAN KEPERAWATAN IO PADA ODHA DENGAN TUBERKULOSIS


DIAGNOSIS - HIV/TB
• Anamnesis Riwayat Penyakit
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Sputum
• Foto Toraks
• Tes Tuberkulin
• Kecurigaan
• Diagnostik
• Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan BTA 3 kali
Kultur, identifikasi
Pemeriksaan BTA satu kali negatif , TB belum dapat disingkirkan
BTA positif memerlukan pengobatan
Kultur darah bisa positif


HAL PENTING - HIV/TB
• TB adalah penyebab IO tersering
• TB bisa terjadi pada semua tahapan HIV
• HIV merupakan faktor pencetus terbesar untuk TB
• Semakin lanjut tahapan dari HIV, semakin tidak khas gambaran TB


PRIORITAS KEPERAWATAN
– Meningkatkan/mempertahankan ventilasi/ oksigenasi adekuat
– Mencegah penyebaran Infeksi
– Mendukung perilaku/tugas untuk mempertahankan kesehatan
– Meningkatkan strategi koping efektif
– Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan




ASKEP PASIEN TUBERKULOSIS

Target Pemulangan (pasien dipulangkan apabila)
• Fungsi pernapasan telah adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu
• Komplikasi dapat dicegah
• Pola hidup/ perilaku berubah diadopsi untuk mencegah penyebaran infeksi
• Proses penyakit/prognosis & program pengobatan dipahami

NO MASALAH INTERVENSI RASIONAL
1 Akumulasi secret pada saluran napas : secret yang kental dan berdarah • Kaji Fungsi pernapasan
• Kaji kemampuan melakukan batuk efektif • Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasi bronki
• Sputum berdarah diakibatkan oleh kerusakan paru

2 Kelemahan, kemampuan batuk yang buruk
• Posisi semi fowler, bantu untuk batuk dan latihan napas
• Meminimalkan ekspansi paru & menurunkan upaya pernapasan

3 Kerusakan membran alveolar-kapiler
• Pertahankan masukan cairan 2500ml/hari • Membantu untuk mengencerkan sekret, mudah dikeluarkan

4 Anoreksia
• Catat derajat keurangan BB
• Pastikan pola diet biasa yang disukai
• Untuk mengukur keefektifan nutrisi
• Dapat memperbaiki masukan diet
5 Kelemahan
• awasi masukan/ pengeluaran
• Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat • Untuk pemecahan masalah kelemahan
• Memaksimalkan masukan nutrisi dan menurunkan iritasi lambung

6 Ketidaktahuan/
kurang informasi
• Kaji kemampuan pasien untuk belajar
• Penyuluhan pencegahan penularan
• Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
• Pengawasan Efek samping obat bila diberikan bersama ART
• Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik
• Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan perbaikan kondisi pasien
• Ada OAT dan ARV tertentu yang tidak saling cocok untuk diberikan secara bersamaan

Kendala pengobatan TB dan HIV
• Kepatuhan/ jumlah pil yang banyak
• Efek toksisitas yang sama
mual, muntah, ruam, hepatitis, anemia
• Interaksi obat
Rifampisin mempengaruhi kadar obat ARV
• ‘Paradoxical worsening ( Sindroma rekonstitusi paradoksal) ’ dari TB
immune reconstitution inflammatory reaction (IRIS)
Lebih sering jika ART dimulai pada awal pengobatan TB
Jika memungkinkan, tunda ART sampai tahap intensif OAT selesai.



ASUHAN KEPERAWATAN IO PADA ODHA DENGAN PNEMONIA

• Prioritas Keperawatan
– Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernapasan
– Mencegah komplikasi
– Mendukung proses penyembuhan
– Memberikan informasi tentang proses penyakit/ prognosis dan pengobatan
ASKEP Pasien Pnemonia
• Target Pemulangan (pasien dipulangkan apabila)
– Ventilasi dan oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu
– Komplikasi dicegah/diminimalkan
– Proses penyakit /prognosis dan program terapi dipahami
– Perubahan pola hidup teridentifikasi atau dilakukan untuk mencegah kekambuhan

ASKEP Pasien Pnemonia

NO MASALAH INTERVENSI RASIONAL
1 Inflamasi trakea bronkial, pembentukan odema, produksi sputum meningkat dan nyeri, perubahan frekuensi, kedalaman pernapasan, bunyi napas tidak normal
• Kaji frekuensi /kedalaman pernapasan dan gerakan dada
• Auskultasi area paru, catat area penurunan dan bunyi napas misalnya krekels, mengi
• Bantu latihan napas sering menekan dada dan batuk efektif posisi duduk tinggi
• Pernapasan dangkal, gerkan dada tidak simetris terjadi karena cairan paru
• Bunyi napas bronkial dapat terjadi pada area paru
• Krekels, mengi terdengar pada inspirasi/ekspirasi dan respon pengumpulan cairan, sekret kental, spsme jalan napas

2 Ganguan pengiriman oksigen
• Pengisapan sesuai indikasi
• Observasi warna kulit, membrana mukosa, kuku, catat adanya sianosis dan perubahan lainnya
• Merangsang batuk pembersihan jalan napas pada pasien yang tidak mampu melakukan batuk efektif/penurunan tingkat kesadaran
• Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi, atau respon terhadap demam
• Pada mulut menunjukkan hipoksemia sistematik








ASUHAN KEPERAWATAN IO PADA ODHA DENGAN PNEMONIA PNEUMOCYSTIS CARINII (PCP)
• Kuman Penyebab: Pneumocystis Carinii
• Sering terjadi bila
CD4 < 200 atau Hitung limfosit <1200 PCP Diagnosis – Biasanya secara klinis (Gejala khas: demam, batuk kering dan mudah lelah, tanpa profilaksis PCP) – Respon baik terhadap terapi – Bila diperlukan spesimen, perlu cara khusus, Induced sputum/bilasan bronkhus (B.A.L.)/Biopsi – Belum dapat dibiakkan PCP Diagnosis Banding:  TB paru  Pnemonia bakterialis  Pnemonia karena jamur  Limfoma  Sarkoma Kaposi PCP • Prognosis: – 100% fatal bila tidak diobati – Derajat hipoksemi merupakan perkiraan terbaik untuk hasil pengobatan • Profilaksis sekunder – kotrimoksazol 1-2 tab/hari – Dapsone 100 mg/hari – Pentamidin semprot 300 mg/bulan ASKEP Pasien PCP • Prioritas Keperawatan – Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernapasan – Mencegah komplikasi – Mendukung proses penyembuhan – Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan • Profilaksis sekunder ASKEP Pasien PCP • Target Pemulangan (pasien dipulangkan apabila) – Ventilasi dan oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu – Komplikasi dicegah/diminimalkan – Proses penyakit /prognosis dan program terapi dipahami – Perubahan pola hidup teridentifikasi/dilakukan untuk mencegah kekambuhan dengan profilaksis sekunder ASKEP Pasien PCP NO MASALAH INTERVENSI RASIONAL 1 Gangguan Oksigenasi – dengan gejala sesak napas ringan - hebat • Kaji frekuensi /kedalaman pernapasan dan gerakan dada • Auskultasi area paru, biasanya norma • Gambaran Rontgen toraks normal – gambaran atipik atau milier • Bantu latihan napas sering menekan dada dan batuk efektif posisi duduk tinggi Pernapasan dangkal, gerakan dada simetris terjadi karena kerusakan jaringan paru 2 Koreksi dan prevensi Hipoksia • Pemberian Oksigen Oksigen dapat meringankan pendeitaan, memberikan kenyamanan 3 Perlunya pengobatan • Edukasi pasien dan keluarganya minum obat secara teratur: Kotrimoksazol • Profilaksis • Dengan pengobatan dengan ktrimoksazol biasanya akan cepat membaik, sesak napas akan cepat berkurang – hilang. 4 Mencegah toksisitas obat • Pantau tanda alergi obat: ruam kulit, perdarahan mukosa (Steven-Johnson Syndrome) • Alergi obat akan memperberat kondisi pasien dan perlu dihentikan segera dan diganti 5 Intake kurang • Sesuaikan diet yang mudah ditelan dan dicerna • Kekurangan intake – potensial menurunkan daya tahan tubuh 6 Kurang pengetahuan pasien/keluarga dalam mencegah kekambuhan • Edukasi pasien/ keluarga ttg profilaksis sekunder dengan: Kotrimoksazol atau Dapson • Profilaksi sekunder dapat mencegah kekambuhan bila diberikan secara benar, bila ART hingga CD>200/mm3 selama 2 bulan ber-turut2




ASUHAN KEPERAWATAN IO PADA ODHA DENGAN INFEKSI JAMUR BERULANG DI KULIT, MULUT DAN TENGGOROKAN


Penyebab luka pada mulut dan gangguan menelan
 Kandidiasis oral
 Oral Hairy Leukoplakia
 Ulkus Aftosa
 Herpes simplex
 Sarkoma Kaposi
 CMV
 Refluks Esofagus

Penyebab luka pada mulut dan gangguan menelan
 Kandidiasis pada mulut, Infeksi jamur seperti candidiasis pada mulut merupakan salah satu penyebab yang sering terjadi.
 Kandidiasis dapat meluas sampai ke esofagus pada pasien AIDS. Menyebabkan gangguan dan sakit menelan.
 Diagnosis berdasarkan pada gejala klinis, rasa sakit di dada sewaktu menelan.
 Endoskopi tidak dibutuhkan kecuali pasien tidak memberi respon pengobatan.
Penyebab luka pada mulut dan gangguan menelan
 Oral hairy leukoplakia (OHL)
 Disebabkan oleh Epstein Barr virus (EBV)
 Lesi keputihan pada sisi lidah
 Tidak perlu diobati kecuali terasa sakit
 Asiklovir 400mg setiap 4 jam selama 10 hari

Kandidiasis
Terapi Kandidiasis
Pengobatan topikal

 Gentian violet 1% setiap 4 jam selama 7 hari
 Nistatin tablet 100,000 IU, dihisap hisap setiap 4 jam selama 7 hari
 Nystatin oral suspension 100,000 IU, tiga kali sehari selama 7 hari

Terapi Kandidiasis
Pengobatan sistemik

 Flukonazol 200 mg/ hari selama 14 hari atau
 Itraconazol 200 mg/ hari selama 14 hari atau
 Ketoconazol 200 mg/ hari selama 14 hari

Oral Hairy Leukoplakia
Onikomikosis
Onikomikosis: terapi

• Itraconazol
400mg/hari X 7hari per bulan
3 bulan untuk kuku jari tangan
4 bulan untuk kuku jari kaki
• Terbinafin
250mg/ hari selama
8 minggu untuk kuku jari tangan
12 minggu untuk kuku jari kaki
ASKEP Pasien Infeksi Jamur di Kulit, Mulut dan Tenggorokan
• Prioritas Keperawatan
– memperbaiki fungsi mulut, tenggorokan dan kulit
– Mencegah komplikasi
– Mendukung proses penyembuhan
– Memberikan informasi tentang proses penyakit dan pengobatan
ASKEP Pasien Infeksi Jamur di Kulit, Mulut dan Tenggorokan
• Target Pemulangan (pasien dipulangkan apabila)
– Kepatuhan higiene perorangan dan lingkungan
– Pemahaman proses penyakit
– Pemahaman kelanjutan intervensi keperawatan di rumah




ASKEP Pasien Infeksi Jamur di Kulit, Mulut dan Tenggorokan

NO MASALAH INTERVENSI RASIONAL
1 Defisit imunologis dan timbulnya lesi penyebab pantogen cadida, herpes
• Kaji membran mukosa/catat seluruh lesi oral
Lesi membran mukosa oral menyebabkan rasa sakit, susah menelan

2 Lesi terbuka, vesikel, rasa sakit pada bagian oral (stomatitis, gingivitis, karies gigi
• Berikan perawatan oral setiap hari dan setelah makan, gunakan sikat gigi halus, pasta gigi non abrasif, obat pencuci mulut non alkohol, dan pelembab bibir
• Mengurangi rasa tidak nyaman

3 Lesi terbuka, vesikel, rasa sakit pada bagian oral (stomatitis, gingivitis, karies gigi)
• Cuci lesi dengan H2O2 atau larutan soda kue
• Anjurkan mengunyah permen karet/permen tidak mengandung gula
• Tawarkan makanan dingin/segar, jangan makan pedas
• Dorong pemasukan oral 2500cc/hari
• Mencegah pembentukan asam dikaitkan dengan sisa makanan yg tertinggal
• Mengurangi penyeberan lesi
• Merangsang saliva untuk menetralkan asam dan melindungi membran mukosa
• Makanan pedas dapat membuka lesi yang telah sembuh
• Mempertahankan hidrasi dan mencegah pengeringan rongga mulut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar